- Periodisasi kehidupan prasejarah menurut arkeologi :
a. Zaman Batu Tua ( Paleolithikum )
Zaman ini berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman batu tua, telah hidup manusi purba, seperti Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, dan Pithecanthropus mojokertensis. Pada zaman batu tua, kehidupan manusia diperkirakan masih sangat sederhana. Alat-alat batu yang di temukan ini di tetapkan sebagai unsur kompleks kapak perimbas. Pada umumnya, jenis kapak batu ini berbentuk besar dan kasar. Oleh karena di temukan di Pacitan, Jawa Timur, peralatan ini disebut bagian dari budaya Pacitan.
b. Zaman Batu Madya ( Meslithikum )
Dinginnya zaman es di seluruh dunia semakin berkurang menjelang tahun 10.000 SM. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pada habitat manusia. Padang-padang tundra berganti dengan hutan tanaman keras. Kawanan binatang seperti lembu menghilang di banyak daerah. Peradaban manusia zaman ini dikenal dengan peradaban abris sous roche. Pada peradaban ini , manusia tinggal di gua-gua yang tidak jauh dari sungai atau pantai. Ciri utama kehidupan zaman ini tampak dari peninggalan sampah dapur ( kjokken moddinger ) yang tingginya mencapai 7 meter. Dari sampah dapur ini, tampak bahwa penghuni gua tersebut berdiam dalam waktu yang sangat lama dengan sumber makanan utama dari hasil menangkap siput dan kerang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pada zaman ini sudah mulai menetap. Di Indonesia, bentuk kebudayaan Mesolithikum dapat kita lihat dari peninggalan kebudayaan Bandung berupa flakes, microlith ( batu-batu kecil ) , tembikar, dan benda perunggu, seperti kapak perunggu. Selain itu, kebudayaan Mesolithikum juga dapat kita lihat dari peninggalan kebudayaan Toala di Sulawesi Selatan. Inti dari peralatan di kebudayaan ini adalah flakes dan pebble.
c. Zaman Batu Muda ( Neolithikum )
Pada zaman ini, terjadi perubahan besar dalam pola hidup manusia. Tradisi berburu dan mengumpulkan makanan ( food gathering ) berubah menjadi tradisi memproduksi makanan ( food producing ).
Pada zaman ini, manusia diperkirakan telah bertempat tinggal menetap di desa-desa kecil dalam komunitas petani. Pada zaman ini, alat-alat yang di gunakan umumnya terbuat dari batu yang telah di olah dan dihaluskan. Alat-alat yang diasah adalah kapak, beliung, mata panah, dan tombak. Pembuatan tembikar merupakan salah satu keterampilan yang berkembang pada zaman kehidupan menetap.
Peralatan zaman Neolithikum umumnya terbagi atas dua golongan besar, yaitu kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi terbuat dari batu api kalsedon. Tempat pembuatannya ditemukan di lereng selatan Gunung Ijen, Jawa Timur. Istilah kapak persegi di berikan oleh van Heine Heldem berdasarkan penampangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Berbeda dengan kapak lonjong, kapak lonjong mempunyai panampang berbentuk lonjong atau bulat telur. Ukuran kapak lonjong ada dua, yaitu yang berukuran besar disebut walzenbeil dan yang berukuran kecil disebut kleibel. Kapak lonjong umumnya terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman, seperti halnya kapak batu yang sampai sekarang masih dpergunakan di daerah Papua.
d. Zaman Batu Besar ( Megalithikum )
Masyarakat zaman ini memiliki ciri khas tertentu. Mereka menganggap tanah merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Mereka juga mulai mempercayai adanya kehidupan sesudah kematian. Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia pada saat itu. Berdasarkan kepercayaan ini, muncullah tradisi megalithikum, yaitu membuat bangunan-bangunan megalithikum atau batu besar ( mega = besar; lithos = batu ).
Pada zaman batu, kepercayaan terhadap kehidupan sesudah kematian diimplementasikan dalam upaya pendirian bangunan batu besar. Bangunan ini ditujukan untuk mengabadikan jasa orang yang sudah meninggal dan menjadi medium penghormatan, tempat singgah, dan sekaligus menjadi lambang bagi almarhum. Bangunan di zaman Megalithikum ini, antara lain menhir, dolmen, sarkofagus, dan punden berundak.
e. Zaman Logam
Zaman ini disebut sebagai zaman Logam karena manusia yang hidup pada zaman ini telah menghasilkan peralatan dari logam. Zaman Logam umumnya terbagi atas zaman Tembaga, zaman Perunggu dan zaman Besi. Pada zaman Tembaga, manusia baru mengenal peralatan dari logam. Namun, peralatan dari tembaga ini tidak ditemukan di Indonesia. Peralatan ini berkembang di Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.
Zaman Perunggu di Indonesia di tandai dengan penemuan nekara, kapak corong, arca, perhiasan, dan senjata. Nekara adalah benda yang mirip dengan gendering besar, seperti dandang ( tempat menanak nasi dalam bahasa Jawa ) yang terbalik.
Pada zaman Besi, manusia telaah pandai melebur biji besi menjadi peralatan yang diperlukan.Teknik pembuatan peralatan dari besi ini lebih maju dibandingkan teknik pembuatan peralatan dari perunggu pada zaman sebelumnya.
Manusia purba telah mulai berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang mereka gunakan masih berupa bahasa sederhana yang berupa gerak tubuh atau suara-suara tidak jelas.
- Hasil budaya manusia purba pada masa Megalithikum :
a. Menhir adalah batu tunggal (monolith) yang berasal dari periode Neolitikum (6000/4000 SM-2000 SM) yang berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men (batu) dan hir (panjang). Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah. Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi. Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan batuan dari periode Neolitikum yang umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith berarti batu. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.
b. Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan. Benda-benda yang ditemukan di antaranya adalah manik-manik dan gerabah.
c. Sarkofagus atau keranda yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
Fungsinya sebagai tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya. Menurut Von Heine Geldern, kubur batu termasuk kebudayaan megalitikum gelombang kedua atau disebut juga Megalit Muda yang menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1.000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalit gelombang ini adalah peti kubur batu, dolmen, waruga sarkofagus, dan arca-arca dinamis.
d. Kubur Batu/Peti Mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain.
e. Punden berundak merupakan contoh struktur tertua buatan manusia yang tersisa di Indonesia, beberapa dari struktur tersebut beranggal lebih dari 2000 tahun yang lalu. Punden berundak bukan merupakan “bangunan” tetapi merupakan pengubahan bentang-lahan atau undak-undakan yang memotong lereng bukit, seperti tangga raksasa. Bahan utamanya tanah, bahan pembantunya batu;menghadap ke anak tangga tegak, lorong melapisi jalan setapak, tangga, dan monolit tegak.
fungsi dari punden berundak itu sendiri adalah sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
f. Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
g. Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.
Sebelum bangsa Melayu Austronesia masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada suku Weddid dan Negrito. Kedua suku tersebut berasal dari daerah Tonkin.
Dari Tonkin kemudian menyebar ke Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik.
Suku Bangsa Melayu yang terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan menjadi dua yaitu
1. Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
2. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang kali pertama di Indonesia sekitar 2000 tahun SM. Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan Yunan menuju Indonesia menempuh dua jalur berikut:
1. Jalur Utara dan Timur
2. Jalur Barat dan Selatan
1. Jalur Utara dan Timur
- Melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan membawa kebudayaan kapak lonjong.
- Persebaran periode Proto Melayu ini membawa kebudayaan batu baru/Neolithikum.
2. Jalur Barat dan Selatan
- Melalui Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan kapak persegi.
- Persebaran periode Deutro Melayu ini mebawa kebudayaan logam.
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang di Indonesia pada gelombang kedua terjadi pada sekitar 500 tahun SM. Bangsa Melayu Muda datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni berangkat dari Yunan, Teluk Tonkin, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaka, dan kemudian menyeberangi Selat Malaka hingga sampai di Kepulauan Indonesia.
Penyebaran manusia purba di Indonesia tidak berlangsung dalam satu tahap. Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, kedatangan manusia purba di indonesia berlangsung tiga tahap yaitu zaman mesolithikum, zaman neolithikum, dan zaman perundagian.
Zaman mesolithikum
Terjadi gelombang masuk manusia purba melonosoid dan daerah teluk tonkin, vietnam, melalui jalur fhilipina, malaysia dan indonesia. Sisa keturunan bangsa melonosoid yang masih ditemukan, antara lain orang sakai di siak, orang aeta di filipina, orang semang di malaysia, dan orang papua melonosoid di indonesia
Zaman neolithikum (200 SM)
Terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu tua (proto melayu) dari daerah yunan, china, melalui jalur semenanjung malaya, indonesia, filipina, dan formosa. Kebudayaan neolithikum, khususnya jenis kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong.
Zaman perundagian
Terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu muda ( deutero melayu ) dari daerah teluk tonkin, vietnam ke daerah daerah di sebelah selatan vietnam, termasuk indonesia.
Bangsa ini merupakan pendukung kebudayaan perunggu, terutama kapak corong nekara , moko, bejana perunggu, dan arca perunggu. Kebudayaannya sering disebut kebudayaan Don son karena berasal dari donson teluk tonkin)
- Bentuk peradaban di India :
Peradaban Lembah Sungai Indus (Shindu)
Pusat peradaban lembah sungai Indus (Shindu) dapat diketahui berdasarkan penemuan sisa-sisa peninggalan kebudayaan di dua situs bekas kota kuno, yakni Mohenjo-Daro dan Harappa. Mohenjo-Daro yang ditemukan di daerah Shindu (sekarang wilayah Negara Pakistan) diperkirakan pernah dijadikan sebagai ibu kota lembah Shindu bagian utara. Harappa yang terletak di daerah Punjab, dekat sungai Ravi, dipkerkirakan sebuah ibu kota dari lembah Sungai Shindu bagian selatan.
Kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Shindu bersifat politheisme (memuja banyak dewa). Dewa-dewa yang dipujanya, seperti dewa bertanduk besar dan dewa perempuan yang melambangkan kemakmuran serta kesuburan (dewi ibu).
Adapun benda-benda lain yang berhasil ditemukan oleh para ahli di pusat peradaban Sungai Indus ini adalah sebagai berikut.
a. Di kota Harappa, ditemukan beberapa arca yang masih sempurna bentuknya dan dua buah Torso (arca yang telah hilang kepalanya). Salah satu Torso mula-mula bertangan empat dan berkepala tiga. Berdiri di atas kaki kanan dengan kaki kiri terangkat.
b.Di kota Mohenjo-Daro, ditemukan arca seorang pendeta berjanggut. Arca ini memakai pita yang melingkari kepalanya dan berpakaian baju yang berhias gambar-gambar yang menyerupai daun semanggi. Hiasan dengan daun semanggi juga lazim dipakai di daerah Mesopotamia, Mesir, dan Kreta.
c. Arca lain yang ditemukan di kota Mohenjp-Daro adalah arca berbentuk gadis penari yang terbuat dari perunggu.
Peradaban Lembah Sungai Gangga
Lembah sungai Gangga terletak diantara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Sungai itu bermata air dipegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar, seperti Delhi, Agra, Allahabad, Patna, Benares, melalui wilayah Bangladesh dan bermuara di teluk Benggala.
Sungai Gangga juga di anggap keramat dan suci oleh umat Hindu. Menurut kepercayaan umat Hindu India, air Sungai Gangga dapat menyucikan diri manusia dan menghapus segala dosa. Begitu pula tulang dan abu orang mati dibuang kedalam sungai Gangga agar arwah orang yang meninggal dapat masuk surga.
Perkembangan sistem pemerintahan di lembah sungai Gangga merupakan kelanjutan dari sistem pemerintahan masyarakat didaerah lembah Sungai Sindhu. Sejak runtuhnya Kerajaan Maurya, keadaan menjadi kacau akibat terjadi peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan ini baru dapat diamankan kembali setelah munculnya Kerajaan Gupta.
Bentuk peradaban di China :
Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang-Ho)
Peradaban tertua bangsa Cina terletak di lembah Sungai Kuning (Hwang-Ho). Sungai ini bersumber di daerah Pegunungan Kwen-Lun di Tibet, melewati daerah pegunungan Cina utara dengan membawa lumpur kuning, dan akhirnya bermuara di Teluk Tsii-Li di Laut Kuning. Lumpur kuning yang dibawa oleh sungai Hwang-Ho tersebut membentuk dataran rendah Cina yang sangat subur untuk pertanian.
Berdasarkan penemuan bukti-bukti sejarahnya, Cina telah mengalami pergantian pemerintahan dari beberapa dinasti. Dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Cina, sebagai berikut.
a. Dinasti Shang (Hsia) dan Dinasti Yin (1700-1027 SM)
Pendiri DInasti Shang adalah Kaisar Chengtang. Pusat pemerintahannya terletak di daerah Henan, lembah sungai Hwang-Ho. Sisa-sisa peninggalan Dinasti Hsia ini, diantara lain bejana perunggu, kereta kuda, dan sistem tulisan.
Dinasti Shang kemudian digantikan oleh Dinasti Yin. Dua dinasti ini tidak meninggalkan catatan-catatan atau bukti-bukti tertulis yang jelas sehingga perkembangan pemerintahannya tidak dapat di ketahui secara pasti. Namun, berdasarkan folklore yang dikenal oleh masyarakat Cina, dua dinasti ini telah mengembangkan sistem polytheisme dengan dewa tertingginya bernama Dewa Shang-Ti.
b. Dinasti Chou
Dinasti ini didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Raja Wen, Raja Wu, dan Pangeran Chou. Pada masa ini, dasar-dasar sistem pemerintahan feodalisme diletakkan dan diikuti dengan pembagian kekuasaan pemerintahan. Hal ini meliputi kekuasaan pemerintah pusat langsung berada di bawah kekuasaab seorang kaisar.
Pada zaman kekuasaan Dinasti Chou, muncul tokoh-tokoh filsafat yang memiliki peranan penting dalam perkembangan kehidupan rakyat Cina hingga kini, seperti Lao Tse dan Kong Fu Tse.
c. Dinasti Chin
Dinasti ini didirikan oleh Raja Cheng yang bergelar Shih Huang Ti. Di bawah pemerintahannya, untuk pertama kali, Cina menjadi sebuah negara kesatuan dengan diperintah oleh satu orang raja saja. Shih Huang Ti mengganti sistem feodalisme dengan unitarisme melalui penghapusan kerajaan-kerajaan kecil kemudian menjadikannya semacam provinsi. Dari nama dinasti ini, nama “Cina” diambil.
Shih Huang Ti memerintah Cina dengan tangan besi atau dictator. Salah satu hasil kediktatoran dirinya adalah pembuatan tembok besar Cina. Sepeninggal Shih Huang Ti, penerus-penerusnya adalah para kaisar yang lemah. Akhirnya, dinasti Chin berakhir dan digantikan Dinasti Han.
d. Dinasti Han
Dinasti Han merupakan dinasti yang memiliki masa pemerintahan paling lama di Cina. Dinasti ini didirikan oleh Liu Pang. Pada masa pemerintahan kaisar Han Wu-Ti, Cina mengalami masa kejayaan dan memiliki wilayah yang sangat luas meliputi Korea, Annam, Manchuria, dan Asia Tengah.
Pada masa kekuasaan dinasti ini, ajaran Kong Fu Tse mulai diterapkan dan dikembangkan lagi sehingga sistem berdasarkan ajaran-ajaran Kong Fu Tse.
Setelah Kaisar Han Wu Ti meninggal tahun 87, dinasti Han mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh tahun 221. Ketika terjadi kekacauan, bangsa Tartar mulai menyerang Cina dan akhirnya sebagian negeri Cina dapat dikuasainya.
e. Dinasti Tang
Dinasti ini didirikan oleh Li Shih Min yang terkenal dengan nama Kaisar Tang Tai Tsung. Ia memperluas wilayah kekuasaannya ke luar negeri Cina, seperti ke selatan menguasai Ton-kin, Annam, dan Kamboja. Ke sebelah barat menguasai Persia dan laut Kaspia. Oleh karena itu, di bawah kekuasaan kaisar Tang Tai Tsung, Dinasti Tang mencapai masa kejayaannya. Pada bidang seni syair dan seni lukis, terdapat seniman-seniman yang terkenal seperti Li Tai Po, Tu Fu, dan Wang Wei.
Agama Islam dan Nasrani mulai masuk ke Cina pada masa Dinasti Tang melalui Asia Tengah. Akhirnya, pada abad ke-10 M, Dinasti Tang runtuh dan negeri Cina kembali mengalami kekacauan. Selain itu, raja-raja yang memerintahnya silih berganti.
- Kasta
Kasta yang sebenarnya merupakan perkumpulan tukang-tukang, atau orang-orang ahli dalam bidang tertentu. Pembagian manusia dalam masyarakat agama Hindu (Bangsa-bangsa Kerajaan Nusantara):
1. Kasta Brahmana, merupakan kasta tertinggi dan bertugas untuk menjalankan upacara-upacara keagamaan. Yang termasuk dalam kasta ini adalah para Brahmana.
2. Kasta Ksatria, bertugas untuk menjalankan roda pemerintahan. Yang termasuk kasta ini adalah para raja, prajurit dan bangsawan.
3. Kasta Waisya, merupakan kasta dari golongan rakyat jelata seperti para petani dan pedagang.
4. Kasta Sudra, kasta yang paling rendah seperti para budak.
Sedangkan di luar sistem Kasta tersebut, ada pula istilah :
2. Kaum Candala, Golongan orang yang berasal dari Perkawinan Antar Warna, bangsa asing.
Sistem ini menjadi doktrin para Pribumi sehingga membuat bangsa-bangsa zaman kerajaan di Indonesia tidak mudah ditindas oleh bangsa asing karena bangsa-bangsa pribumi merasa "Kasta" mereka lebih tinggi dari bangsa asing di luar Nusantara, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tunduk kepada bangsa asing (Kubilai Khan, Negeri Campa, dll).
Tujuan dari pembentukan kasta adalah untuk menjaga kemurnian ras bangsa Arya yang dianggap ras paling baik, dibandingkan dengan ras bangsa Dravidayang dianggap paling rendah.
- Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia pada masa Proto dan Deutero Melayu
Sebelum bangsa Melayu Austronesia masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada suku Weddid dan Negrito. Kedua suku tersebut berasal dari daerah Tonkin.
Dari Tonkin kemudian menyebar ke Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik.
Suku Bangsa Melayu yang terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan menjadi dua yaitu
1. Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
2. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang kali pertama di Indonesia sekitar 2000 tahun SM. Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan Yunan menuju Indonesia menempuh dua jalur berikut:
1. Jalur Utara dan Timur
2. Jalur Barat dan Selatan
1. Jalur Utara dan Timur
- Melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan membawa kebudayaan kapak lonjong.
- Persebaran periode Proto Melayu ini membawa kebudayaan batu baru/Neolithikum.
2. Jalur Barat dan Selatan
- Melalui Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan kapak persegi.
- Persebaran periode Deutro Melayu ini mebawa kebudayaan logam.
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang di Indonesia pada gelombang kedua terjadi pada sekitar 500 tahun SM. Bangsa Melayu Muda datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni berangkat dari Yunan, Teluk Tonkin, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaka, dan kemudian menyeberangi Selat Malaka hingga sampai di Kepulauan Indonesia.
Penyebaran manusia purba di Indonesia tidak berlangsung dalam satu tahap. Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, kedatangan manusia purba di indonesia berlangsung tiga tahap yaitu zaman mesolithikum, zaman neolithikum, dan zaman perundagian.
Zaman mesolithikum
Terjadi gelombang masuk manusia purba melonosoid dan daerah teluk tonkin, vietnam, melalui jalur fhilipina, malaysia dan indonesia. Sisa keturunan bangsa melonosoid yang masih ditemukan, antara lain orang sakai di siak, orang aeta di filipina, orang semang di malaysia, dan orang papua melonosoid di indonesia
Zaman neolithikum (200 SM)
Terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu tua (proto melayu) dari daerah yunan, china, melalui jalur semenanjung malaya, indonesia, filipina, dan formosa. Kebudayaan neolithikum, khususnya jenis kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong.
Zaman perundagian
Terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu muda ( deutero melayu ) dari daerah teluk tonkin, vietnam ke daerah daerah di sebelah selatan vietnam, termasuk indonesia.
Bangsa ini merupakan pendukung kebudayaan perunggu, terutama kapak corong nekara , moko, bejana perunggu, dan arca perunggu. Kebudayaannya sering disebut kebudayaan Don son karena berasal dari donson teluk tonkin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar